PLN Energi Primer Indonesia Ciptakan Solusi Hijau untuk Lahan Kritis melalui Ekosistem Biomassa

Selasa, 15 Oktober 2024 | 14:15:29 WIB

Tasikmalaya – PT PLN (Persero) melalui subholding PT PLN Energi Primer Indonesia meluncurkan inisiatif pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu untuk mengubah lahan kritis menjadi hijau dan produktif. Program ini menargetkan pemanfaatan 1,7 juta hektare dari total 14 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono, memberikan apresiasi atas langkah inovatif PLN yang berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan kelompok masyarakat dalam mengembangkan program biomassa ini.

“Saya sangat mengapresiasi upaya PLN. Dengan tantangan perubahan iklim yang kita hadapi, inisiatif seperti ini sangat penting. Biomassa yang dimanfaatkan dari tanah marjinal menjadi solusi yang tepat,” ujar Sudaryono dalam sambutannya pada acara Peresmian Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di Tasikmalaya, Kamis (26/9).

Ia juga menjelaskan bahwa tanah marjinal umumnya tidak subur dan sulit dimanfaatkan untuk pertanian. Namun, program biomassa PLN menjadi bukti nyata kehadiran pemerintah dalam membangun daerah pelosok.

“Saya berharap model ini bisa berhasil dan diterapkan di banyak wilayah lainnya,” tambah Sudaryono.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak ini diharapkan mampu mengubah lahan kritis menjadi lebih hijau dan produktif, sekaligus berkontribusi dalam upaya pengurangan emisi karbon.

“Melalui sinergi dengan Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan kelompok masyarakat, kami berusaha memanfaatkan lahan yang dulunya kering dan tidak produktif untuk menciptakan manfaat lingkungan dan ekonomi,” jelas Darmawan.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia memiliki 14 juta hektare lahan kritis. Melalui pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu, PLN menargetkan pemanfaatan lahan kritis seluas 1,7 juta hektare, yang diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan emisi hingga 11 juta ton CO2e melalui co-firing biomassa.

Lebih jauh, program ini juga diproyeksikan akan meningkatkan kapasitas ekonomi nasional dengan membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, menggerakkan ekonomi kerakyatan berbasis sirkular, dan mengurangi angka kemiskinan.

“Ke depan, kami berharap program ini bisa melibatkan 1,25 juta masyarakat dan memberikan nilai ekonomi hingga Rp9,5 triliun per tahun,” tutup Darmawan.

Terkini