Pertamina Menggagas Masa Depan Penerbangan yang Ramah Lingkungan Melalui SAF

Pertamina Menggagas Masa Depan Penerbangan yang Ramah Lingkungan Melalui SAF

Bali - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, mengungkapkan hal ini dalam panel diskusi berjudul “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di Bali International Air Show 2024, yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Salyadi menjelaskan bahwa pengembangan SAF meliputi berbagai aspek, termasuk teknologi, dukungan finansial, dan kebijakan pemerintah, untuk memastikan SAF dapat diterapkan secara efektif di industri penerbangan tanah air.

“Pertamina telah siap untuk berkontribusi dalam pengembangan SAF. Pertamina Patra Niaga sudah mendapatkan lisensi dari Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Eropa (RED-EU), memungkinkan kami berperan sebagai pemasok SAF. Kami juga melakukan pembaruan fasilitas kilang untuk menjadikannya green refinery yang efisien dalam memproduksi SAF. Dukungan masyarakat, baik domestik maupun internasional, sangat penting untuk menciptakan manfaat yang saling menguntungkan,” ujar Salyadi.

Dia menambahkan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki dua peran utama: mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan memastikan keberlanjutan bisnis. Salyadi percaya bahwa SAF merupakan peluang bisnis yang menjanjikan di sektor penerbangan, sehingga Pertamina bertekad untuk mengembangkan inisiatif ini secara serius.

“Pertamina telah berhasil memproduksi biofuel seperti B35 yang saat ini diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dalam konteks SAF, kami yakin bahwa pasar kami tidak hanya ada di dalam negeri, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjangkau pasar internasional berkat sumber daya alam Indonesia yang melimpah,” tambah Salyadi.

Di kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan optimisme mengenai potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut yakin bahwa Indonesia memiliki peluang besar di sektor SAF, tetapi kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat penting. Ia juga menyatakan kebanggaannya terhadap kerjasama antara industri domestik dan negara lain, seperti kolaborasi Pertamina dengan Airbus untuk membangun ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya percaya satu negara tidak bisa melakukan ini sendiri. Oleh karena itu, Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain, organisasi transportasi udara, dan perusahaan global seperti Airbus untuk ikut berpartisipasi,” ujarnya.

Luhut menekankan bahwa forum dan diskusi seperti ini sangat vital. Selain untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, forum ini juga memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk menilai peta jalan efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat berarti karena memberikan ruang untuk berbagi pengalaman. Saya yakin Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama-sama kita dapat mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” tutupnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua usaha ini sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh aspek bisnis dan operasional Pertamina.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index